Tak jarang masyarakat mendengar ataupun meyaksikan secara langsung para tukang parkir cilik di sepanjang jalan Yos Sudarso, Timika, Papua. Saking maraknya, mereka dijuluki “Anak Karton” atau pekerja anak bawa umur dengan jasa menutupi tempat duduk motor menggunakan karton (kardus) agar tidak terkena paparan terik matahari. Meski tak asing lagi didengar, masih banyak yang belum mengetahui kisah di balik anak karton ini.
Rossa, gadis cilik berusia 12 tahun sudah menjadi tulang punggung dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, terutama bagi adik kandungnya. Dengan bukti kasih sayangnya, Rossa memanfaatkan separuh waktunya di jalanan kota sebagai proses menafkahi adiknya, bahkan berkeinginan menyekolahkan adik-adiknya itu. Anak keempat dari enam bersaudara ini mengaku dapat menghasilkan 50 ribu rupiah per hari dalam menjalankan kehidupannya sebagai anak karton selama dua tahun terakhir. Jumlah ini dianggapnya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. “Uang buat mama belanja juga,” ucap Rossa dengan nada rendah. Rossa meyakinkan ucapannya itu karena ia tidak bekerja sendiri, dua saudara lainnya juga menjalankan kehidupan yang sama sepertinya, tanpa ada paksaaan dari orang tua.
Dengan cita-citanya sebagai seorang perawat, ia bertekad meraih impiannya walaupun jalan hidupnya tidak sesuai dengan anak lain seumurannya. Rossa bermodalkan semangat untuk merubah kehidupannya menjadi lebih layak dari yang ia jalankan saat ini, Rossa berharap semua keinginannya dapat ia tempuh setelah tuntas menjalankan pendidikannya. Sementara saat ini, Rossa masih menduduki kelas 5 SD.
Jika dalam sila ke lima menyebutkan “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, dengan hidup di Kota Timika yang dijuluki kota emas, maka Rossa mempertanyakan “Rakyat yang mana?”