Asal-usul judul riset bermula dari keresahan tentang keberadaan calon cagar budaya, dan saksi sejarah kehebatan armada kesultanan maritim paling berpengaruh di nusantara yang berubah menjadi pemukiman kumuh.

Dodoku dapat diartikan sebagai “Dermaga”, sedangkan Mari memiliki arti “batu”. kawasan pelabuhan era Kesultanan Ternate yang dibangun sejak abad ke-17. Sekarang, Dodoku Mari lebih dikenal dengan nama jembatan batu.

“Jembatan batu, kok, pake kayu?”

Dodoku Mari dulunya memang dibangun dengan konstruksi awal menggunakan batu. Namun, pasca kerusuhan antar etnis di tahun 2000-an, Sultan yang menjabat memberikan tempat tinggal sementara kepada korban kerusuhan di atas air, sehingga batu-batu di dermaga mulai diambil untuk dijadikan pondasi rumah di atas air. Lalu, pemerintah setempat melakukan pemugaran kembali menggunakan kayu.

Kembali lagi tentang keresahan di awal. Setelah era kesultanan, dermaga ini sempat difungsikan sebagai dermaga penyebrangan dan dijadikan tempat beraktivitas warga setempat yang notabenenya nelayan. Namun, karena sejarahnya yang mulai terlupakan dan kondisinya yang belum dilirik pihak manapun, aktivitas di dermaga ini dibatasi dan Dodoku Mari kini perlahan-lahan hilang dari ingatan.

Nurul Hikmah Rusmawati atau akrab disapa Rika adalah mahasiswa semester 5 jurusan Arsitekur di Universitas Khairun. Rika tertarik dengan seni dan sejarah, juga aktif mengikuti berbagai kegiatan komunitas. Ia tergabung di Komunitas Ternate Heritage Society dan Magazin Art Space. Ketertarikannya kepada fotografi dimulai sejak awal menginjak bangku sekolah menengah pertama, hingga kini mengambil sampingan sebagai freelance wedding photographer di Ternate.