Pada September 2019, ribuan mahasiswa, pelajar dan masyarakat sipil turun ke jalan guna menyuarakan protes mereka atas pengesahan revisi UU KPK dan rencana pengesahan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau RKUHP, yang dianggap menghambat pemberantasan korupsi dan bertentangan dengan penegakan demokrasi.

Mahasiswa kembali menjadi motor aksi massa terbesar dua puluh satu tahun setelah Reformasi 98. Bermula dari aksi bertagar Gejayan Memanggil di Yogyakarta, yang diikuti oleh demonstrasi di berbagai kota di Indonesia, antara lain Medan, Bandung, dan Makassar. Puncaknya, rombongan mahasiswa dengan jaket almamater berbagai universitas berunjuk rasa di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta.

Tak ketinggalan, mahasiswa yang mempunyai kemampuan fotografi pun ikut turun ke jalan. Mereka merekam momen-momen aksi massa dimana mereka menjadi pelaku aksi bersama teman-teman kuliah mereka. Sebutlah Muhammad Alzaki Tristi, yang saat itu masih menyelesaikan studi S1 di Departemen Ilmu Komunikasi, FISIPOL, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Walaupun Zaki sempat ragu ketika mendengar rencana aksi mahasiswa, pada akhirnya ia merekam momen-momen yang menunjukkan kepedulian kaum muda pada kondisi politik di negara kita. Demikian pula foto-foto Bima Gunawan, mahasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang sedang magang di KOMPAS tahun lalu. Slogan-slogan yang tertulis pada baner-baner yang dibawa pendemo atau dinding-dinding di sekitar lokasi demonstrasi tertangkap dalam bidikan para fotografer muda. Kalimat serius, becanda, konyol yang khas anak muda dan dekat dengan keseharian mereka.

Mahasiwa -yang sempat dijuluki generasi nunduk (mengutip istilah Malcheni Sangrawati) karena dianggap terlalu asik dengan gawai- telah membuktikan bahwa mereka tidak diam. Gerakan #ReformasiDikorupsi menunjukkan bahwa mereka ada; bersuara lantang pada saat orasi di bawah terik matahari di jalanan, serta berisik, berkicau, bercecuit di berbagai kanal jejaring sosial dalam gawai-gawai mereka.

Sementara para pewarta foto melaksanakan tugas peliputan melalui hari yang panjang; dari suasana demonstrasi masih santai, bentrok antara pendemo dengan aparat, hingga suasana jalanan yang berantakan. Mereka merekam aksi massa dari berbagai perspektif untuk melaporkan peristiwa ke publik melalui kantor berita atau media tempat mereka bekerja.

Mari kita simak kepingan visual yang dihasilkan para fotografer ini, menyimak opini visual mereka tentang pergerakan mahasiswa dan masyarakat sipil di suatu masa.